By: Rakhmat Abril Kholis
Letak geografis yang strategis dalam studi hubungan internasional dinilai mampu mengangkat pertumbuhan suatu negara. Begitupun dengan Turki. Dalam kancah interaksi internasional, Turki termasuk negara yang menjadi perhatian besar bagi para great powers. Pada era pasca Perang Dunia II, Turki merupakan negara yang menjadi bagian dari kekuatan aliansi Amerika Serikat dan mejadikan AS sebagai penopang keamanan demi menolak resistensi kekuatan Uni Soviet dan masuknya paham komunisme. Sesaat setelah itu jugalah, Turki menjadi anggota resmi dari North Atlantic Treaty Organization (NATO). Masuknya Turki sebagai anggota tetap NATO semakin mengindikasikan posisi Turki sebagai negara yang berada di bawah pengaruh sistem Perang Dingin.
Sejak
masa Perang Dingin (Cold War), politik luar negeri menjadi studi
perhatian yang sangat vital bagi negara Turki. Dapat dikatakan dalam kancah
geopolitik internasional, Turki memainkan peran yang sangat strategis. Posisi penting yang menempatkan
Turki pada wilayah geografis antara Barat dan Timur di atas budaya keEropaan
dan keAraban, menjadi nilai tersendiri bagi Turki dan telah mampu melahirkan
ilmuan-ilmuan baru yang concern membahas betapa pentingnya aspek negara,
terkhusus kebertahanan nilai pluralisme di tengah-tengah masyarakat Turki. Maka
tak heran jika politik luar negeri Turki menjadi hal yang digemari dalam kontes
studi kekinian.
Letak geografis yang strategis dalam studi hubungan internasional dinilai mampu mengangkat pertumbuhan suatu negara. Begitupun dengan Turki. Dalam kancah interaksi internasional, Turki termasuk negara yang menjadi perhatian besar bagi para great powers. Pada era pasca Perang Dunia II, Turki merupakan negara yang menjadi bagian dari kekuatan aliansi Amerika Serikat dan mejadikan AS sebagai penopang keamanan demi menolak resistensi kekuatan Uni Soviet dan masuknya paham komunisme. Sesaat setelah itu jugalah, Turki menjadi anggota resmi dari North Atlantic Treaty Organization (NATO). Masuknya Turki sebagai anggota tetap NATO semakin mengindikasikan posisi Turki sebagai negara yang berada di bawah pengaruh sistem Perang Dingin.
Dilihat dari
perspektif sejarah, politik luar negeri Turki diilhami dari hubungannya dengan
situasi isu-isu yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Hubungannya dengan
negara-negara di Timur Tengah dapat dimaknai dalam tiga hal: pertama,
para elit Turki cenderung menempatkan posisi Turki fokus pada interaksi bersama
Uni eropa dan NATO. Kedua, ancaman utama Turki sejak PD II, adalah
bayang-bayang masa lalu Moskow. Ketiga, pusat pertumbuhan ekonomi Turki
bertumpu pada Eropa. Dari paparan kajian pola interaksi Turki tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Turki adalah bagian negara yang terbilang eksklusif diantara negara-negara
Timur Tengah. Sebagaimana pada era Mustafa Kemal, Turki sampai sekarang tidak
pernah menjauhi interaksinya dengan aktivitas kawasan. Timur Tengah dari dulu
hingga sekarang tetap mampu menekan agenda-agenda diplomasi Turki. Pakta
Baghdad mejadi satu diantara fakta juridis yang mengobsesi pilihan-pilihan
kebijakan Turki. Adanya dinamika negara-negara di Timur Tengah semakin membuat
posisi penting Turki dan menjadikannya sulit untuk diabaikan dalam kalkulasi
kawasan.
Secara garis
besar, politik luar negeri Turki mendapatkan banyak pengaruh dari berbagai
negara di kawasan sekitar. Timur Tengah, Eropa, dan Balkan menjadi tiga kawasan
yang dinilai strategis dan sangat memengaruhi pola kebijakan luar negeri Turki.
Terkhusus interaksinya dengan Timur Tengah, dipandang terjadi signifikansi
interaksi antara Turki dengan negara-negara di Timur Tengah. Berbagai persoalan
seperti penyelundupan narkoba (drug smuggling), sentimen isu Kurdi,
sanitasi, penggunaan senjata pemusnah massal, dan lain sebagainya menjadi
perbincangan yang terus berlanjut antara Turki dan negara-negara kawasan Timur
Tengah. Turki negara dengan posisi geopolitik dan geostrategis yang sangat
mapan, pada akhirnya takkan menjadi pengabaian negara-negara kawasan baik Timur
Tengah, Eropa, ataupun Amerika Serikat sebagai great power sekalipun.
Sejarah dan fakta kontemporer telah membuktikan itu. Pertumbuhan ekonomi yang
sangat tinggi hingga kebijakan luar negeri yang seringkali menyentuh isu-isu
sensitif dunia internasional mengantarkannya dipandang sebagai salah satu
kekuatan baru dalam perpolitikan global.
Buat lebih berguna, kongsi: