oleh Rakhmat Abril Kholis
*Pengamat Hubungan Internasional: Timur Tengah dan Terorisme Global | Peneliti CIDES Indonesia
Pengantar: Dinamika Hubungan antar Kedua Negara
Dalam realita hubungan internasional, seringkali kerjasama diidentikkan
dengan istilah apple to apple atau mutual cooperation yakni adanya
kesepakatan saling menguntungkan antar pihak yang bekerjasama. Hal ini sesuai
dengan kajian prinsip interdependence
dimana tiap negara yang berhubungan melakukan agenda kerjasama demi mendapatkan
keuntungan (benefit) yang berimbang
dan mengupayakan sekecil-kecilnya persentase kerugian. Namun, tak bisa juga
dinafikan, konsep kepentingan nasional (national
interest) dalam percaturan global dan ditambah egosentrisme negara untuk
lebih proteksionis, terkadang menjadi krikil yang menghalangi terwujudnya
hubungan baik antar negara yang bekerjasama.
Eksistensi hubungan bilateral antara Indonesia dan Mesir kiranya tak
patut untuk diragukan. Kerjasama Indonesia dengan Mesir terbilang yang paling
tua dan bersejarah dibanding negara-negara lain. Hal ini diuktikan dengan sudah
terbinanya hubungan yang baik dengan Mesir pada era pra kemerdekaan Indonesia
dan diperkuat dengan adanya dukungan dari Mesir atas kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, relasi antar kedua negara semakin muncul ditandai dengan adanya
komitmen yang tinggi dalam kerangka perjuangan negara Asia-Afrika dan Gerakan
Non-Blok, hingga jalinan kerjasama yang lebih intensif pun terbangun seiring
terbukanya berbagai sektor baru. Bukan hanya kerjasama dalam level high politic seperti hubungan diplomatik
dan ekonomi, namun juga kerjasama pada wilayah low politic seperti promosi budaya antar negara hingga kini terus
dilakukan.
Indonesia dan Mesir terbilang sebagai negara kembar namun tak serupa.
Beberapa kajian dari pengamat internasional telah mengungkapkan bahwa ada
kemiripan corak negara antara Indonesia dan Mesir. Hal ini dilihat dari
berbagai aspek, antara lain dinamika pola sistem pemerintahan, tipologi kelas dan
ideologi masyarakat, relasi antara negara dan rakyat, hingga relasi antara
sipil dan militer pun dimaknai memiliki corak yang hampir sama. Realitas sosial
yang cenderung sama inilah yang mungkin menjadi alasan kuatnya kedekatan
emosional antar kedua negara hingga saat ini.
Di atas rekam jejak kerjasama yang sudah terbangun hingga saat ini,
hubungan Indonesia dengan Mesir terbilang penuh
dinamika. Hal ini secara kuat dipengaruhi oleh perbedaan sistem
pemerintahan dalam periodisasi pemerintahan yang sama. Perbedaan sistem
pemerintahan inilah yang cukup banyak mengubah cara pandang politik luar negeri
Indonesia terhadap Mesir dari dekade ke dekade. Terbukti pasang-surut pada
pemerintahan Gamal Abdul Nasir, menyusul setelahnya Anwar Sadat, hingga pada
pemerintahan diktatorian sekelas Hosni Mubarok, menjadi acuan sikap pemerintah
Indonesia ke Mesir. Hingga berakhir pada sistem yang lebih demokratis di era
Presiden Mohamad Morsi pun Indonesia melakukan berbagai formulasi politik luar
negeri menyesuaikan dengan perubahan tatanan yang terjadi. Perubahan wajah
politik luar negeri Indonesia terhadap Mesir ini menjadi poin yang menarik untuk
terus dianalisis seiring dengan riuh-rendah pemerintahan As-Sisi hasil kudeta
militer berdarah di Mesir kala Juli 2013 yang lalu.
Kepentingan nasional juga
menjadi barometer hubungan kedua negara. Berbagai sektor kerjasama yang telah
terbangun tak lebih dari implementasi kepentingan nasional yang dirumuskan
dalam visi pembangunan masing-masing negara. Indonesia dengan segala bentuk
kerjasama yang dibangun bersama Mesir, memiliki arah kepentingan nasional
tersendiri yang mesti dijaga agar perwujudan cita-cita politik luar negeri
Indonesia tercapai. Kepentingan nasional Indonesia inilah yang harus terus
dijadikan landasan filosofis dalam setiap bentuk kerjasama yang dilakukan tanpa
mengurangi semangat untuk menjaga hubungan baik dengan negara lain.
A.
Prioritas
Kepentingan Nasional Indonesia terhadap Mesir: Kerjasama Perdagangan dan
Pendidikan
1.
Peningkatan Surplus Perdagangan Indonesia ke
Mesir
Indonesia selalu mencatat surplus perdagangan dengan Mesir dalam beberapa
tahun terakhir. Sekalipun keadaan perekonomian Mesir belum pulih sepenuhnya
dari krisis ekonomi global tahun 2008, ekspor Indonesia ke Mesir hingga 2010
terus berlangsung dengan surplus yang cukup signifikan bagi Indonesia dan
meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang
diperoleh dari BPS, total perdagangan non-migas Indonesia dengan Mesir pada
tahun 2010 tercatat USD 1,07 miliar dan mengalami kenaikan sebesar 33,3%
dibanding dengan periode tahun 2009, yang nilainya mencapai USD 802,56 juta.
Meski terjadi revolusi di Mesir, volume perdagangan Indonesia-Mesir pada
periode Januari-Juni 2011 tetap mengalami kenaikan sebanyak 49,51% dan mencapai
USD 725,59 juta berbanding periode Januari-Juni 2010 yang mencapai USD 489,30
juta. Hal ini mengindikasikan bahwa Mesir merupakan pasar potensial dalam
mengembangkan perdagangan non-migas Indonesia.
Data
Kementerian Perdagangan Indonesia mencatat Mesir merupakan salah satu mitra
utama Indonesia di kawasan Afrika. Nilai total perdagangan Indonesia-Mesir pada
2014 mencapai 1,49 miliar USD, dengan surplus sebesar 1,2 miliar
USD untuk Indonesia. Produk ekspor utama Indonesia ke Mesir meliputi emas,
kabel dan konduktor listrik, furnitur, bahan tekstil, pakaian jadi, buah segar,
dan tembaga. Sedangkan impor Indonesia dari Mesir, antara lain maizena, gandum,
fosfat, kacang kedelai, serta iron ores dan konsentratnya.
2. Dorongan
untuk Terus Memperlebar Wilayah Jalur Terusan Suez dan Iklim Investasi bagi WNI
demi Peningkatan Sektor Perekonomian
3.
Agenda
Kerjasama Ekonomi Sektor Khusus antar Kedua Negara
3.1 Kerjasama
Sektor Non-Migas
Agenda kerjasama ekonomi
sektor khusus dimaksudkan demi terciptanya iklim perekonomian berbasis sumber daya prioritas yang terus dikembangkan
oleh kedua negara. Dapat dilihat dari masing-masing negara, memiliki sumber
daya atau komoditas perekonomian yang saling berbeda namun belum ada skala
prioritas yang akan dijadikan prime
sector untuk dikerjasamakan dalam kerangka hubungan bilateral keduan
negara.
Dalam hal ini kedua
negara dapat memanfaatkan secara maksimal potensi komoditas ekspor yang sudah
ada ditambah additional sector berupa
penunjangan kerjasama dalam bentuk jasa/pelayanan pendidikan antar negara.
Sebagaimana diketahui bersama, hingga sekarang antara Indonesia dan Mesir
sama-sama mengalami surplus perdagangan yang cukup signifikan dari tahun ke
tahunnya. Hal ini dapat semakin diperkuat jika kedua negara bersepakat untuk
melakukan kerjasama ekonomi khusus dalam
satu sektor unggulan (prime sector)
yang nantinya akan menjadi brand bagi
kedua negara dalam sosialisasi budaya serta keeratan hubungan yang terjalin. Sebagai
contoh sektor non-Migas dari Indonesia seperti industri tekstil dan tembaga dan sektor pertanian gandum dari Mesir dimungkinkan untuk menjadi
prioritas kerjasama ekonomi bagi kedua negara. Harapannya kedua negara dapat
saling diuntungkan dan memprioritaskan komoditasnya secara khusus untuk
dikerjasamakan dibandingkan dengan negara atau wilayah lain.
3.2 Peluang
Pasar Pendidikan dan Bonus Kalangan Muda
Selain itu, kerjasama
bidang pendidikan juga mendapatkan perhatian yang tinggi bagi kedua negara dan mampu
menjadi tambahan sektor prioritas yang akan semakin menguatkan hubungan kedua
pihak. Jika berprinsip pada asas kepentingan nasional negara, seyogyanya
kerjasama sektor pendidikan ini bukan hanya terbatas pada aspek proses
memproduksi manusia terpelajar melalui student
exchange program dan program beasiswa saja, namun harus lebih dari itu.
Indonesia harus mempunyai visi yang besar dan melihat kerjasama bidang pendidikan sebagai peluang pasar yang sangat potensial dimana bisnis pendidikan juga menjadi
salah satu orientasi pemerintah RI dalam menjalin hubungan dengan Mesir. Dengan
fakta lonjakan jumlah masyarakat muda terpelajar
yang sangat tinggi (bonus demografi) ditambah begitu besarnya animo kalangan pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan
di Mesir, harapannya ini dapat menjadi bargaining
position bagi Indonesia untuk mendapatkan keuntungan yang lebih lewat
kerjasama sektor pendidikan. Keuntungan dalam koridor pengembangan fasilitas
dan kualitas layanan pendidikan, serta sektor-sektor lain yang nantinya juga
akan terpengaruh akibat adanya posisi yang kuat dalam misi kerjasama pendidikan
tadi.
B.
Andil
dalam Proses Perdamaian Internasional: Harmonisasi Isu Keagamaan (Intra-Religion Group Dialogue and Exchange)
1.
Dengan adanya sumber daya serta kapasitas tokoh
agama Islam yang tinggi di Indonesia dan Mesir, sangat baik kiranya kedua negara
dapat berinisiasi untuk membangun sebuah sinergitas dalam penyelesaian konflik
di Timur Tengah lewat diplomasi antar ormas keislaman dan ulama (P to P). Agenda ini dapat berbentuk
forum antar organisasi (intra-religion dialogue),
International Monitoring Team (IMT)
yang berisikan berbagai organisasi berbasis keislaman dari kedua negara, dan
seterusnya dengan tujuan penyelesaian berbagai konflik dan problem sosial yang
terjadi dibanyak negara Islam;
2.
Indonesia dan Mesir sebagai negara yang
sama-sama menjadi kiblat bagi negara Islam lainnya dikarenakan faktor
keunggulan masyarakat Islam, tokoh ulama, pengaruh peradaban, serta kelembagaan
Islamnya, dinilai memiliki kesempatan yang besar untuk dapat menjadi leader dalam memandu arah gerak proses
perdamaian dan stabilitas keamanan serta tegaknya hak asasi manusia khususnya
di kawasan Timur Tengah dan negara Islam lainnya. Penanggulangan permasalahan
terorisme, pergerakan paham ‘radikal’ transnasional, hingga permasalahan
kemiskinan, perekonomian, dan lain-lain layaknya dijadikan perhatian bagi kedua
negara untuk bersama-sama dibahas secara khusus dalam forum antar kedua negara.
Hal ini dimaksudkan agar suara kedua negara dalam forum internasional dapat
dijadikan acuan dan landasan yang kuat munculnya kebijakan strategis demi
penyelesaian masalah yang ada.
Buat lebih berguna, kongsi: