Western Muslim and the Future of Islam (Tariq Ramadan)

By: Rakhmat Abril Kholis

            Dialog antar Agama

            Jika ditelisik dari aspek sejarah, dialog antar agama sebenarnya telah lama menjadi sebuah tradisi di tengah-tengah masyarakat dunia. Dari sekian rentan waktu sejarah, dari sekian diversitas konteks yang ada, dan beragam manusia dari berbagai agama sejak dulu telah dipertemukan dalam area pertukaran ide antar agama demi memperoleh kesepemahan terbaik antar sesama. Tradisi ini juga bisa terbilang cukup sukses dalam  membangun sikap respect antar kalangan agama hingga mampu bersama mengelola kehidupan dengan saling bekerja secara kolektif.

            Pada saat yang sama, perkembangan pola telah mengubah pandangan kita tentang dunia. Setiap hari perkembangan gambaran masyarakat dan adat istiadat yang berbeda semakin membangkitkan rasa ingin tahu masyarakat. Terlebih lagi, tindakan kekerasan yang dilakukan atas nama agama semakin menjadi tantangan kita bersama. Bagaimana bisa kekerasan dibenarkan atas nama agama? Pertanyaan selanjutnya yakni, bagaimana kita bisa memahaminya? Bagaimana pula kita bisa mencegahnya?

            Banyak peneliti dan pengamat yang mengkaji secara spesifik akan isu relasi antar agama pada akhir-akhir ini. Berbagai konferensi dan seminar, bertemu untuk mencoba untuk membangun jembatan, mendiskusikan subyek yang memang sensitif, dan mencari cara pencegahan konflik. Seiring berjalannya waktu, dialog ini telah tertuju untuk mengenal perbedaan satu sama lain dan membangun hubungan baik didasarkan pada etika penghormatan dan tenggang rasa. Dialog antar agama merupakan momentum penting demi mencari titik solusi terbaik akan banyaknya konflik yang terjadi. Namun demikian, masalah yang banyak dikritisi sampai dengan sekarang  bahwa aktivitas ini hanya berada pada lingkaran yang cukup tertutup yang anggotanya tidak selalu berhubungan nyata dengan kelompok agama mereka sendiri. Hal inilah yang menimbulkan kesulitan untuk menyampaikan kepada seluruh elemen umat beragama tentang hasil dan perkembangan dari forum dialog antar agama ini.


            Selain itu, sebagian besar dari komunitas ini tidak terlalu peduli atau tersentuh oleh dialog yang sedang berlangsung. Mereka yang memenuhi forum seringkali tidak mewakili berbagai dominansi pelaku konflik, dari para pakar pemikiran, atau kecenderungan penganut agama masing-masing. Mereka yang paling tertutup, yang merupakan penyebab dari masalah sebenarnya pun tidak pernah bertemu. Dengan demikian, terjadi ketidakmerataan informasi dalam setiap momen dialog baik dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

            Tanggung jawab orang yang terlibat dalam dialog antar agama sangatlah penting: apakah mereka berstattus pakar ataukah hanya sebatas anggota kelompok antaragama. Sangat penting dikarenakan mereka memainkan peran mediator antara mitra dalam dialog dan ummat mereka sendiri. Sebuah tuntutan yang memang harus diupayakan oleh para elemen agama adalah adanya sikap lebih peka untuk mendengarkan dari perspektif lain, mengonfirmasi, dan mempertanyakan hal itu dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kemudian sampailah pada kewajiban untuk mendistribusikan hasil dari dialog dalam komunitas masyarakat sendiri, menginformasikan, menjelaskan, bahkan mengajar. Pada saat yang sama, peserta dialog harus mengekspresikan keyakinan mereka sendiri, dan menanggapi serta berani melayangkan pertanyaan kepada mitra merekadalam dialog.

            Urgensitas dialog antaragama sudah tidak diragukan lagi.  Namun masih saja beberapa kalangan tidak mengerti kegunaan nyata dan tujuannya. Ruang pembahasannya tentang apa dan apakah akan efektif ditengah banyaknya perbedaan dan kepentingan? Banyak timbulnya kecurigaan antar sesama ummat beragama dan lain sebagainya yang berujung pada keapatisan dalam kalangan elemen komunitas agama itu sendiri.  


            Alternatif Budaya

            Persoalan penting bagi Muslim yang tinggal di Barat salah satunya ialah kebutuhan akan respon yang jelas untuk beberapa pertanyaan mereka tentang identitas, budaya, dan peradaban. Makna "Muslim di Barat" dan "Muslim Barat" masih menjadi perdebatan besar.  Apakah keduanya mempuyai artian yang sama, atau lebih mendasar, dua hal tersebut mempunyai realitas sosial yang sangat berbeda?

            Iman, spiritualitas, praktek, dan etika merupakan komponen yang lumrah dalam pembahasan suatu agama. Namun yang tak dapat dipisahkan ialah keikutsertaan prinsip budaya di tengah-tengah umat Islam yang hidup. Para wanita Muslim dan orang-orang yang berhijrah misalnya dari Pakistan, Aljazair, Maroko, Turki, atau Guyana membawa tidak hanya memori prinsip-prinsip universal Islam. Tetapi juga, secara alamiah, cara hidup mereka mengikuti di negara-negara mereka bertempat. Kesadaran dan kelahiran pemahaman baru tentang Islam menandai masa transisi kita hari ini. Kesulitan utama bagi generasi pertama/tua Islam untuk memahamkan generasi mudanya akan pergeseran pola penerimaan dan interaksi Islam di tengah-tengah masyarakat dunia.

            Namun pada perkembangannya, terlihat tanda harapan dan jalan keselamatan yang potensial untuk mendamaikan prinsip-prinsip Islam dengan kehidupan di Barat. Kehadiran Muslim di Barat menuntut adanya kajian tersendiri di kalangan Islam dan dunia. Memang pada dasarnya, perkembangan  ini telah memaksa kita untuk mengevaluasi kembali lingkungan kita dan cara kita memandang perbedaan. Disaat yang sama masyarakat Islam juga diharuskan untuk mampu mendefinisikan identitas Islam itu sendiri seperti halnya budaya berpakaian yang secara jelas berbeda dengan kebanyakan masyarakat Barat.

            Ditopang oleh iman dan atas dasar pemahaman mereka tentang teks wahyu, umat Islam harus mengembangkan pemahaman tentang konteks Barat yang akan memungkinkan bagi mereka untuk melakukan apa yang semua Muslim telah lakukan sepanjang sejarah. Mengintegrasikan diri terhadap budaya tempat dimana mereka berada namun tetap menjaga dari hal-hal prinsip keagamaan. Mereka tidak perlu takut atau menolak dengan tetap menyadari prinsip kesetiaan terhadap Islam. Identitas mereka diupayakan untuk terbuka, dinamis, dan interaktif. Mereka harus menetap menjaga modalitas spiritual dan etika kehidupan yang harmonis walaupun harus berintegrasi dengan realita lingkungan. Lebih luas lagi, proses ini akan melahirkan relasi yang baik dalam tataran Islam di Eropa dan Amerika.
Menghormati prinsip-prinsip universal nemun tetap bertopang pada aspek sejarah, tradisi, selera, dan gaya berbagai negara-negara di Barat. Kemampuan untuk menganalisis, berpikit terbuka, kritis, serta kreativitas.

Buat lebih berguna, kongsi:
close
CLOSE [X]