The Foreign Policy of Turkey (Philip Robins)

By: Rakhmat Abril Kholis

          Sejak masa Perang Dingin (Cold War), politik luar negeri menjadi studi perhatian yang sangat vital bagi negara Turki. Dapat dikatakan dalam kancah geopolitik internasional, Turki memainkan peran yang sangat  strategis. Posisi penting yang menempatkan Turki pada wilayah geografis antara Barat dan Timur di atas budaya keEropaan dan keAraban, menjadi nilai tersendiri bagi Turki dan telah mampu melahirkan ilmuan-ilmuan baru yang concern membahas betapa pentingnya aspek negara, terkhusus kebertahanan nilai pluralisme di tengah-tengah masyarakat Turki. Maka tak heran jika politik luar negeri Turki menjadi hal yang digemari dalam kontes studi kekinian.

 Letak geografis yang strategis dalam studi hubungan internasional dinilai mampu mengangkat pertumbuhan suatu negara. Begitupun dengan Turki. Dalam kancah interaksi internasional, Turki termasuk negara yang menjadi perhatian besar bagi para great powers. Pada era pasca Perang Dunia II, Turki merupakan negara yang menjadi bagian dari kekuatan aliansi Amerika Serikat dan mejadikan AS sebagai penopang keamanan demi menolak resistensi kekuatan Uni Soviet dan masuknya paham komunisme. Sesaat setelah itu jugalah, Turki menjadi anggota resmi dari North Atlantic Treaty Organization (NATO). Masuknya Turki sebagai anggota tetap NATO semakin mengindikasikan posisi Turki sebagai negara yang berada di bawah pengaruh sistem Perang Dingin.

Dilihat dari perspektif sejarah, politik luar negeri Turki diilhami dari hubungannya dengan situasi isu-isu yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Hubungannya dengan negara-negara di Timur Tengah dapat dimaknai dalam tiga hal: pertama, para elit Turki cenderung menempatkan posisi Turki fokus pada interaksi bersama Uni eropa dan NATO. Kedua, ancaman utama Turki sejak PD II, adalah bayang-bayang masa lalu Moskow. Ketiga, pusat pertumbuhan ekonomi Turki bertumpu pada Eropa. Dari paparan kajian pola interaksi Turki tersebut, dapat disimpulkan bahwa Turki adalah bagian negara yang terbilang eksklusif diantara negara-negara Timur Tengah. Sebagaimana pada era Mustafa Kemal, Turki sampai sekarang tidak pernah menjauhi interaksinya dengan aktivitas kawasan. Timur Tengah dari dulu hingga sekarang tetap mampu menekan agenda-agenda diplomasi Turki. Pakta Baghdad mejadi satu diantara fakta juridis yang mengobsesi pilihan-pilihan kebijakan Turki. Adanya dinamika negara-negara di Timur Tengah semakin membuat posisi penting Turki dan menjadikannya sulit untuk diabaikan dalam kalkulasi kawasan.
           
Secara garis besar, politik luar negeri Turki mendapatkan banyak pengaruh dari berbagai negara di kawasan sekitar. Timur Tengah, Eropa, dan Balkan menjadi tiga kawasan yang dinilai strategis dan sangat memengaruhi pola kebijakan luar negeri Turki. Terkhusus interaksinya dengan Timur Tengah, dipandang terjadi signifikansi interaksi antara Turki dengan negara-negara di Timur Tengah. Berbagai persoalan seperti penyelundupan narkoba (drug smuggling), sentimen isu Kurdi, sanitasi, penggunaan senjata pemusnah massal, dan lain sebagainya menjadi perbincangan yang terus berlanjut antara Turki dan negara-negara kawasan Timur Tengah. Turki negara dengan posisi geopolitik dan geostrategis yang sangat mapan, pada akhirnya takkan menjadi pengabaian negara-negara kawasan baik Timur Tengah, Eropa, ataupun Amerika Serikat sebagai great power sekalipun. Sejarah dan fakta kontemporer telah membuktikan itu. Pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi hingga kebijakan luar negeri yang seringkali menyentuh isu-isu sensitif dunia internasional mengantarkannya dipandang sebagai salah satu kekuatan baru dalam perpolitikan global.    

Buat lebih berguna, kongsi:
close
CLOSE [X]