Dosa dan Cita-Cita


            Selasa tanggal 24 Januari 2012. Emmm adalah hari yang lumayan mendebarkan untuk seluruh siswa kelas XII smanli. Lho? Kenapa tidak, hari ini adalah hari dimulainya TO ke-3 persiapan Ujian Nasional. Seperti biasa dipagi buta seluruh siswa smanli dijamin sudah pada bangun tu. Sholat, do’a dan tak ketinggalan yang paling penting, ..... ya tepat, belajar pastinya. Mungkin hanya sebagian orang aja yang tidak demikian. Bisa dibilang nunggu “ilham” mah kata para guru-guru senior. Nungguin Ilham dari para pecandu dosa. Waaaaw.
            Kulihat jam tangan ku. Haduh,  hari sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Bergegas mandi, berpakaian. Eiiiiit......... baru teringat ada hal yang sangat urgen terlupa. Ada yang tau? Hmm, tidak wajib tau juga. Saya lupa untuk memberikan sedikit “wejangan” kepada salah dua orang. Sedikit quesioner dan misi tersembunyi kalo bisa dibilang. Masalah besar. Hape (Handphone) sedang dalam kondisi kurang prima ni. Haduh, emang perlu kesabaran yang sangat. Bentar lagi TO malah amanah belum tersampaikan. Sepertinya otak dan hati ini lagi berperang pada saat itu. Otak kanan dan otak kiri pun tak ketinggalan ikut dalam pertmpuran. Hahaha

            Alhamdulillah kelar juga. Semua siap beres. Satu hal yang perlu anda tau, saya belum terlalu belajar Matematika malamnya. Ya udah, pasrah dan tawakkal aj lah. Sing penting udah usaha. Soalnya sore kemarin kuhabiskan untuk memborbardir materi Biologi. Saya pikir akan selesai tuh materi, tapi.... ya udahla pasti anda tau jawabannya. Semua buku siap, sarapan pun sudah. Saatnya, it’s time to go to my school. School with a million dreams from their Student. Bismillah.   
             Sebuah kunci sudah tertanam pada kontak sepeda motor kesayanganku. Honda merek Beat sudah siap melaju kencang menatap masa depan yang tertumpu pada sebuah sekolah tercinta. Dengan kecepatan kira-kira 70 Km/Jam saya lewati semua halang rintangan dan segala kendaraan yang menghadang. Siuuuuuuuuuuuu. Begitulah mungkin bunyinya. Tak lepas dzikir Al-Ma’tsurat yang rutin tiap hari kulantunkan diiringi ribuan kendaraan yang siap ku lewati satu per satu. Satu, dua, tiga dst. Kecepatan yang sangat tinggi. Maklum waktu sudah hampir masuk ni. Kebiasaanku sesampainya di sekolah dzikirpun selesai. Hal itu terulang setiap hari. Entah karena kebetulan atau memang karena iringan kebut sepeda motorku yang berbanding lurus dengan kecepatan lidah berucap. Hahha (fisika tuuuu).
            Akhirnya, tibalah di sekolah. Perasaan yang tak karuan walaupun optimisme dan perjuangan sudah dilantunkan masih mengitari seluk pikiran otak kiri ini. Waktu yang sebenarnya sudah menyuruh kami semua untuk masuk ke ruangan masing-masing sedikit terlupa oleh rasa was-was pada diri kami. Udah, bismillah aja lah. Siapa yang tau akhirnya nanti bagaimana. Rasa dan keyakinan itu terus saya tanamkan di dalam diri semenjak permulaan TO pertama sampai saat ini. Perlu Anda ketahui, di dua TO sebelumnya saya mendapat hasil yang sangat kurang memuaskan. Tapi prinsip yang saya pegang ditiap perjalanan uji coba saya adalah “Jadilah dirimu sendiri, kau adalah raja dirimu bukan budak di hati sendiri”. Itulah yang selalu mengobati hati saya dikala mendapati hasil yang demikian. Teringat pada sebuah kata-kata orang bijak begini. “Tidak ada kesuksesan tanpa diawali dengan cobaan dan tingkat keadaan yang sangat rendah” (emm, siapa ya orang bijaknya???)
              Permulaan pertempuran percobaanpun dimulai. Ya, pertama saya akan melawan “Matematika”. Pelajaran yang sebenarnya sangat saya sukai tetapi tak tau mengapa semenjak ruangan yang dipisah dari kelas sebenarnya dengan posisi tempat duduk yang berada pada barisan pertama, rasa grogi untuk mengerjakannyapun bertambah. Ditambah pula rasa ketidaknyamanan akan hasil yang kurang memuaskan karena guru yang mengajar pada belajar tambahan di sekolah adalah bibi saya sendiri. Bisa Anda bayangkan kan bagaimanan rasanya?
            Satu demi satu saya hantam itu soal. Tibalah saatnya pada soal-soal pertengahan. Walah-walah itu soal kaya soal Olimpiade (kata seseorang). Dengan waktu yang relatif sangat singkat dan kualitas soal yang sangat “expert” bisa dibilang membuat sebagian besar  teman-teman tertegun sipu. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab sontek-menyontek massal itu berlaku. Selain emang menjadi kebiasaan para  penikmatnya, ketidakmampuan untuk mengerjakan soal tersebut dan yang paling menjadi alasan utama banyak dari teman-teman yang menyontek adalah karena takut jika hasil yang dipajang nantinya buruk. Biasanya beberapa hari setelah uji coba tersebut, hasilnya akan ditempel di depan ruang guru dengan skala besar. Kata pak Suyoko yang sangat saya ingat begini “Menyontek itu mungkin takut malu nanti hasilnya dipajang dan dilihat oleh adik kelas mereka ataupun pacar mereka”  hahahah. Benar sekali itu bapak.
            Entah bagaimana lagi cara mengubahnya. Sepertinya sifat menyontek sudah menjadi tradisi para siswa seluruh Indonesia dalam proses belajarnya. Tanpa memperkirakan halal haramnya, semua dihantam. Kata senior panutan saya bang Primananda, “Biarlah hasil kurang baik tetapi dengan kejujuran yang baik”. Itulah yang membuat saya termotivasi untuk menjaga diri agar tidak menyontek (meminimalisir mungkin untuk saat ini, karena belum sepenuhnya dalam segala aspek kehidupan).
            Sebenarnya cara yang pernah diterapkan di sekolah-sekolah seperti membuat soal dalam bentuk essay itu sangat tepat. Tetapi kebiasaan yang selalu ingin instan dan tidak repot membuat guru-guru sepakat untuk mengubah pola soal menjadi pilihan ganda saja supaya lebih cepat dan mudah dalam mengoreksinya. Tentu saja dengan hal seperti ini kebebasan untuk sontek-mnyontekpun lebih luar biasa. Dan tahukah Anda bahwa ruangan tempat kami uji coba itu telah dilengkapi dengan media CCTV (kamera pengintai lah). Tetapi itu tidak sama sekali menyadarkan siswa untuk tidak melakukan hal dosa itu lagi. Siswa yang “masih menyontek” tetap aja tu melakukan misi-misinya.
            Pembahasan tentang “menyontek” kite selesaikan aja lah. Gak bakalan kelar-kelar itu persoalan. Kita lanjutkan cerita yang tadi. Selanjutnya pelajaran yang kedua adalah Bahasa Indonesia. Pelajaran yang sangat saya senangi setelah pelajaran Pkn, Sejarah, dan Ekonomi. Lho? Kenapa begitu? Saya kan anak IPA? Ya, memang begitu. Saya adalah anak IPA yang sangat terpaut pada dunia IPS. Saya sangat senang pada hal-hal yang berbau politik dan ekonomi kayak gitu. Pokoknya kalo lagi bahas kayak gituan sangat tertarik lah.
            Bahasa Indonesia yang sedikit rumit sudah dilewati dengan mantap. Sekarang adalah Biologi. Waduh, ternyata sudah berapa banyak waktu yang saya habiskan untuk belajar ini, tetapi alhasil sangat miris. Banyak sekali yang tidak saya pelajari ternyata masuk. Pendapat seperti itu bukan saya saja yang mengatakannya. Hampir seluruh siswa seperti itu juga. Matematika tadi pun juga kayak gitu. Memang dari tahun ketahun soal-soal TO itu lebih sulit dari yang kita perkirakan dan yang lebih hebat adalah soal itu lebih sulit dari soal Ujian Nasional. Itu kata-kata para alumni dan sebagian guru, kalo gak percaya kerjain aja sendiri tu soal. Hehe.
            Alhamdulillah hari pertama selesai. Persiapan untuk hari kedua lagi ah. Sebelum pulang, saya dan empat orang teman saya melakukan sedikit pertemuan (Mini Gathering) dengan adik kelas untuk membahas sesuatu. Eiiit, tidak boleh tau. Rahasia dan amanah ini. Pokoknya InsyaAllah bermanfaat untuk kita semua. (Universal Urgention/Massive priority).
            Segeraku menuju sebuah sepeda motor tercinta untuk kembali ke Istana Surga. Itulah Rumahku. “Menuju penantian keluarga yang Sakinah di Istana Surga”. Aamiin.    




Buat lebih berguna, kongsi:
close
CLOSE [X]